Gelombang Penolakan European Super League Mulai Mengalir
Suporter Chelsea protes terhadap kemunculan European Super League (dok. The Sun).

Bagikan:

JAKARTA - European Super League (ESL) atau Liga Super Eropa hidup kembali. Hal itu menyusul keputusan Pengadilan Uni Eropa yang menolak FIFA dan UEFA untuk melarang ESL bergulir.

Pengadilan Uni Eropa menyebut FIFA dan UEFA bertindak melanggar hukum persaingan karena ada upaya memonopoli sepak bola.

Selepas keluarnya putusan Pengadilan Uni Eropa, petinggi ESL yang terdiri dari Florentino Perez (Presiden Real Madrid), Juan Laporta (Presiden Barcelona), dan Bernd Reichart selaku CEO ESL langsung mengumumkan format baru Liga Super Eropa.

Hal itu sontak langsung melahirkan gelombang kontra, baik dari klub-klub di Eropa maupun para suporternya.

Tentangan paling keras memang muncul dari Inggris. Sikap penolakan mereka dibarengi penarikan diri dari ESL jika berencana digulirkan lagi.

Manchester United terang-terangan menolak. Mereka malah berani menegaskan sikap anti-Liga Super Eropa.

"Posisi kami tidak berubah. Kami tetap berkomitmen penuh untuk berpartisipasi dalam kompetisi UEFA, dan menjalin kerja sama positif dengan UEFA, Liga Inggris (Premier League), dan sesama klub untuk kelanjutan pengembangan sepak bola Eropa."

Bayern Munchen setali tiga uang. Mereka jelas-jelas menutup pintu buat ESL.

"Sangat jelas: pintu Liga Super Eropa di FC Bayern masih tertutup."

"Kompetisi seperti itu akan mewakili serangan terhadap pentingnya liga domestik dan statistik sepak bola Eropa."

Bahkan, Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, juga mengungkapkan ketidaksetujuannya di akun X pribadinya.

"Sepak bola tidak untuk dijual," tulis Ceferin di X.

Lebih lanjut, Caferin menyindir bahwa ESL silakan bergulir dengan dua klub (Real Madrid dan Barcelona) karena sejauh ini belum ada yang tertarik.

"Saya berharap mereka memulai kompetisi itu secepat mungkin dengan dua klub."

"Saya harap mereka tahu apa yang mereka lakukan, tapi saya tidak begitu yakin. Sepak bola tidak untuk dijual," ujar Ceferin.

Sementara itu, penolakan sejumlah klub membuat suporter-suporter di Inggris khususnya kian melancarkan gelombang protes terhadap kemunculan kembali ESL.

"RIP (rest in peace) sepak bola seperti yang kita tahu."

"Kalau begitu, sepak bola akan hancur.”

"Kami para fans masih tidak menginginkan liga jelek itu."

Itulah segelintir komentar para suporter sepak bola Inggris yang dirangkum The Sun.

Namun, sepertinya penggemar sepak bola Inggris tidak perlu khawatir klub-klub mereka akan ikut ESL.

Soalnya, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, dan pemerintahannya telah berjanji untuk menghentikan klub-klub mengikuti kompetisi ESL yang menurutnya akan mematikan kompetisi domestik.

Sejatinya, putusan Pengadilan Uni Eropa hanya berada di ranah pelanggaran hukum persaingan yang dilakukan FIFA dan UEFA.

Putusan tersebut tidak menyebut bahwa ESL sah untuk digulirkan atau mendapat persetujuan Pengadilan Uni Eropa.

"Itu tidak berarti bahwa kompetisi seperti proyek Liga Super Eropa harus disetujui."

"Pengadilan, setelah ditanyai secara umum tentang peraturan FIFA dan UEFA, tidak memutuskan proyek spesifik tersebut dalam penilaiannya," bunyi putusan Pengadilan Uni Eropa di The Sun.